Berbagai Aspek dalam Khazanah Sastra Lisan Indonesia

Rp 120.000

0 out of 5

Bagian pertama buku ini mengulas tentang komposisi, transmisi, dan fungsi sastra lisan. Teori kelisanan yang dikemukakan Finnegan (1992) menyebut perihal komposisi, transmisi, pertunjukan, dan penonton. Komposisi, meminjam istilah dari Parry dan Lord (1974), terbentuk saat pertunjukan berlangsung dengan memanfaatkan formula yang dipelajari dari serangkaian latihan dan berbagai pertunjukan yang dilakukan pelantun lainnya. Melengkapi pernyataan Parry dan Lord, Finnegan (1977) mengatakan bahwa proses komposisi juga bisa terbentuk sebelum dan sedikit terpisah dari pertunjukan. Dengan kata lain, komposisi dilihat tidak hanya yang terjadi saat pertunjukan berlangsung, tetapi juga dapat dilihat terpisah dari pertunjukan, seperti yang berupa persiapan sebelum pertunjukan dimulai.

Bagian kedua buku ini mengungkap tentang religiositas dalam sastra lisan.  Glock dan Stark (1965, 1969) mengemukakan bahwa terdapat lima dimensi religiositas, yakni (1) dimensi kepercayaan, (2) dimensi praktis, (3) dimensi pengalaman, (4) dimensi pengetahuan, dan (5) dimensi konsekuensi. Dalam sastra lisan, biasanya terkandung satu atau lebih dimensi religiositas.  Dengan demikian, sastra lisan memiliki fungsi religi.

Bagian ketiga, membahas tentang posisi perempuan dalam sastra lisan.  Gender yang dipahami sebagai konstruksi sosial tentang relasi antara perempuan dan laki-laki tidak dengan sendirinya terhapus dari kehidupan masyarakat yang patriarkis. Konstruksi sosial tersebut sering memunculkan ketidakadilan gender dan relasi yang tidak setara antara perempuan dan laki-laki. Kaum perempuan banyak yang mengalami marjinalisasi, subordinasi, stereotip, tindakan kekerasan, dan beban kerja lebih. Masalah-masalah tersebut kemudian menjadi inspirasi untuk diangkat dalam sastra lisan, bahkan permasalahan yang berkaitan dengan relasi gender tersebut ditemukan dalam beberapa sastra lisan. Terkait dengan hal tersebut, Norton (dalam Bunanta, 1998: 53) mengatakan bahwa ada anggapan dari kaum feminis bahwa cerita rakyat bersifat seksis, yakni memiliki gambaran stereotip pada tokoh-tokoh perempuan

Bagian keempat, “Jejak Kolonial dalam Sastra Lisan” merefleksikan rekam jejak peristiwa pada masa penjajahan Belanda dan Jepang dalam sastra lisan di Indonesia. Sastra lisan merupakan bagian dari tradisi lisan. Menurut Kuntowijoyo (2003), tradisi lisan merupakan salah satu sumber sejarah yang merekam masa lampau kehidupan manusia. Vansina (1985) menyatakan bahwa tradisi lisan, seperti tuturan rakyat, hikayat, dan cerita rakyat berpotensi menjadi sejarah. Sastra lisan berkaitan erat dengan sejarah karena sastra lisan dapat dijadikan sebagai sarana utama dalam penyampaian fakta-fakta sejarah (Muslimin dan Utami, 2020). Oleh karena itu, pelacakan tehadap fakta-fakta sejarah yang terkandung dalam sastra lisan perlu dilakukan untuk mengungkapkan jejak-jejak sejarah dalam masyarakat pada masa lampau, termasuk jejak-jejak kolonial di Indonesia pada zaman dahulu.

Category: . Tags: , .

Description

Buku ini mengulas tentang berbagai aspek dalam khazanah sastra lisan di Indonesia.  Sastra lisan merupakan warisan budaya adiluhung yang berfungsi sebagai media untuk mewariskan nilai-nilai kearifan lokal pada masa lalu dari generasi pendahulu kepada generasi penerusnya. Sastra lisan merupakan bagian dari warisan budaya tak benda (WBTB).  Warisan budaya tak benda (intangible cultural heritage) bersifat tidak dapat dipegang atau abstrak dan dapat berlalu serta hilang dalam waktu seiring dengan perkembangan zaman (Sedyawati, 2002). Oleh karena itu, sastra lisan sebagai warisan budaya bangsa harus dilestarikan sehingga tidak “punah” seiring dengan pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Buku bunga rampai berjudul “Khazanah Sastra Lisan dalam Berbagai Aspek” yang memuat berbagai kajian dengan objek material sastra lisan ini dimaksudkan sebagai salah satu upaya untuk dapat berperan serta dalam melestarikan sastra lisan.  Hal tersebut disebabkan melakukan penelitian tentang sastra lisan berarti ikut serta dalam upaya pendokumentasian sastra lisan dalam bentuk tulisan.

Apabila dihubungkan dengan pembagian domain Warisan Budaya Tak Benda dalam konvensi UNESCO Tahun 2003 tentang safeguarding of intangible cultural heritage, sastra lisan terkait dengan beberapa domain, antara lain (1) tradisi lisan dan ekspresi, (2) seni pertunjukan, (3) adat-istiadat masyarakat, ritual, dan perayaan-perayaan, serta (4) pengetahuan dan kebiasaan perilaku mengenai alam dan semesta (https://warisan.budaya.kemdikbud.go.id). Sastra lisan sangat banyak jumlahnya di Indonesia. Indonesia sangat kaya dengan beragam jenis sastra lisan yang tercakup dalam berbagai domain tersebut di atas.  Hal tersebut disebabkan hampir tiap daerah di Indonesia memiliki sastra lisan. Sastra lisan berkembang dalam masyarakat Indonesia sejak masa praaksara, saat manusia belum mengenal tulisan.

Dengan mengacu pada Konvensi 2003 UNESCO Pasal 2 Ayat 2, dapat dikatakan bahwa sastra lisan sebagai bagian dari warisan budaya tak benda diwariskan dari generasi ke generasi, yang secara terus-menerus diciptakan kembali oleh masyarakat dan kelompok dalam menanggapi lingkungan sekitarnya, interaksi mereka dengan alam dan sejarah mereka, serta memberikan rasa identitas yang berkelanjutan, untuk menghargai perbedaan budaya dan kreativitas manusia (https://warisan.budaya.kemdikbud.go.id). Sastra lisan berkembang mengikuti perubahan yang terjadi pada masyarakat tradisional dalam memanfaatkan fungsi-fungsi yang terkandung di dalamnya. Masyarakat sebagai pelaku dan pendukung sekaligus dapat menjadi penonton, penyimak, pemerhati, dan pengapresiasi untuk menyerap nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung di dalamnya sesuai dengan kebutuhan mereka, baik secara sosial maupun individual. Rusyana (2006) mengatakan bahwa sastra lisan adalah sastra yang hadir dan hidup serta tersebar dalam bentuk tidak tertulis. Kehadirannya untuk menandai atau merayakan peristiwa tertentu dan dapat berupa mitos, dongeng, legenda, nyanyian, syair, hikayat, mantra, syair, pantun, pertunjukan, dan sebagainya.

Additional information

Judul

Berbagai Aspek dalam Khazanah Sastra Lisan Indonesia

penulis

Mat Dra’i, dkk.

cetakan

Oktober, 2022

halaman

x+214 hlm

Reviews

There are no reviews yet!

Be the first to write a review

*

Delivery and Returns Content description.
logo-gambang-footer

Jika Anda Merasa Kesusahan dalam Berbelanja Buku dari Website Kami Silakan Order Melalui Nomor WhatsApp Berikut : 0856-4303-9249

Top