Description
Ibu kita Kartini, putri sejati, putri Indonesia, harum namanya. Ibu kita Kartini, pendekar bangsa, pendekar kaumnya untuk merdeka. Wahai Ibu kita Kartini, putri yang mulia, sungguh besar cita-citanya, bagi Indonesia. Seperti mantra, lagu itu selalu mengingatkan dan menyegarkan kesadaran bersama, bagaimana seharusnya menjadi putri sejati, pendekar bangsa, pendekar kaumnya, putri yang mulia, putri Indonesia yang bercita-cita besar, bagi Indonesia.
Banyak hal yang telah terjadi pada masa lalu, sesuatu yang menjadi sejarah, dibicarakan dan dikaji ulang. Beberapa hal diperdebatkan ulang, bahkan secara periodik per tahun, untuk menguji posisi kita sekarang dan ke depan. Kemudian, banyak hari dikukuhkan sebagai hari tertentu, hari kemerdekaan, hari lahir Pancasila, hari lingkungan hidup, hari pendidikan nasional, hari kebangkinan nasional, dan sebagainya, termasuk di dalamnya hari Kartini, 21 April. Ada hari yang diperingati secara nasional, ada hari yang diperingati sedunia, dan ada hari yang hanya diperingati oleh kelompok-kelompok masyarakat tertentu.
Dapat dipahami bahwa penghargaan terhadap peristiwa sejarah, tokoh sejarah, atau apa pun yang dianggap penting bagi suatu bangsa dan negara, tidak pernah sama. Hal tersebut bergantung pada beberapa hal. Pertama, bergantung politik dan kepentingan negara untuk merayakannya atau tidak. Kedua, bargantung posisi dan aspirasi masyarakat dalam melihat peristiwa sejarah tertentu. Ketiga, bisa bergantung dari dialektika kedua posisi sebelumnya. Kasus Kartini, misalnya, terlepas dari kontradiksi dan beberapa kasus terkait dengan sejarah hidup Kartini, dalam sejarahnya, negara (terhitung sejak pemerintah kolonial) berkepentingan untuk memiliki “subjek nasional perempuan” yang diharapkan menjadi model keperempuanan Indonesia.
Buku ini berisi atau merupakan sekumpulan tulisan yang membicarakan Kartini dalam beberapa perspektif. Akan tetapi, jika ditarik garis besarnya, terdapat tiga ajakan. Pertama, ajakan-ajakan yang bersifat normatif, terutama hal-hal yang bersifat religius dan psikologis (terkait dengan karakter). Kedua, ajakan dan/atau pandangan dalam perspektif teori tertentu, mulai dari feminisme, kebudayaan, linguistik atau hal-hal dalam dimensi kesejarahan. Ketiga, ajakan yang bersifat pikiran atau gagasan-gagasan yang dibayangkan lebih kondusif sesuai dengan perubahan zaman.
Reviews
There are no reviews yet.