Shop

Showing 49–60 of 77 results


  • Paling tidak, selalu terdapat ruang bebas sebagai panggung alternatif dalam diri kita untuk terus menerus, memberi dan membuka peluang mencari dan memperbanyak panggung-panggung alternatif yang dimungkinkan oleh rasa dan gairah yang mampu terus bergembira, gairah dan rasa yang tidak terganggu untuk terus besenang-senang, baik sebagai cara mengelola kekuatan strukural, maupun sebagai cara hidup itu sendiri.

  • Percayalah, di balik laku spiritual yang mesti ditempuhnya, di balik napas puisinya yang selalu menyiratkan pemahamannya akan kosmologi Hindu-Bali, Mira hanyalah manusia biasa. Perempuan kurus dan cerewet ini bagi saya adalah perempuan konyol, lengkap dengan kisah hidup konyolnya. Salah satu pesan Mira kepada pembaca adalah: bacalah Pinara Pitu sambil bakar dupa dan jangan pernah membaca Pinara Pitu tanpa ditemani secangkir kopi. Konyol, bukan? Sekonyol dia yang sedang asyik-asyiknya belajar menenggak kopi, sekonyong-konyong bila kopi adalah hal paling memabukkan di bumi selain puisi.
    (Komang Ira Puspitaningsih dalam Epilog Pinara Pitu)

  • Kegiatan penerbitan buku ini bertujuan untuk dapat mempromosikan potensi wisata di sekitar Kabupaten Gunungkidul. Kisah yang tertulis di dalam buku ini diharapkan dapat menambah referensi wisata di Gunungkidul sebagai salah satu wilayah wisata yang sedang berkembang pesat di Daerah Istimewa Yogyakarta. Akhirnya, selamat membaca dan selamat menyelami keindahan aneka destinasi wisata di Gunungkidul.

  • Munculnya karya baru sebuah e-book tentang Kartini dari Monash University yang berjudul Kartini The Complete Writings 1898-1904 Edited and Translated by Joost Cote (terbit pertama tahun 201 4 dan dishare ke publik dalam bentuk pdf buku tahun 2021 ) rupanya telah memantik nasionalisme Saudara Dr. Esti Ismawati, MPd dkk untuk kembali membaca, memahami, dan menelaah pemikiran RA Kartini yang memang sangat diperlukan bagi bangsa Indonesia yang secara kodrat menjadi tempat lahirnya Kartini.

     

    Mengenang atau memperingati hari Kartini pada tanggal 21 April setiap tahunnya selayaknya bukan hanya menitikberatkan pada aspek lahiriah formal dengan berkonde, melainkan juga merenungkan secara jernih pikiran-pikiran apa sesungguhnya yang dibawa Kartimi dalam kehidupan singkatnya. Selama ini Kartini hanya dikenal dan dikenang sebagai pahlawan emansipasi Wanita di Indonesia. Soal apa persisnya pikiran-pikiran itu dan bagaimana Kartini merumuskannya belum pernah benar-benar diungkap kecuali untuk mereka yang berinisiatif mencari tahu sendiri. Semoga apa yang ditulis oleh Dr. Esti Ismawati, MPd dari Universitas Widya Dharma Klaten dan kawan-kawan dosen dari UGM, UNS, UNAIR, UNDIP, UIN Walisongo Semarang, Univ. Dian Nuswantoro Semarang, UMP Purwokerto, Universitas Tidar Magelang, UNSRI Palembang, IAIN Surakarta, Lembaga Budaya dan Adat Keraton Surakarta, UPS Tegal, STKIP PGRI Jombang, dan Guru SD di Bandung ini merupakan tulisan yang dapat dikatakan sebagai bentuk rekonstruksi dan hakikat perjuangan Kartini.

     

    Saya menyambut baik hadirnya buku KARTINI DALAM BERBAGAI PERSPEKTIF yang ditulis para dosen di tengah pandemic covid 1 9 yang hingga kini belum merada. Semangat mereka perlu mendapatkan apresiasi dari khalayak dengan membaca buku ini. Saya berpendapat bahwa buku ini merupakan “Sebuah buku yang sangat penting bagi sejarah perempuan Indonesia yang gigih mewujudkan emansipasi khususnya dalam bidang Pendidikan” yang layak untuk dibaca.

     

    Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian
    Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

     

    Prof. Ocky Karna Radjasa, MSc, PhD

  • Boleh dikata, “Rahasia Dapur Bahagia”, kumpulan puisi dengan tiga segmen. Segmen Rahasia, ensiklopedi deskriptif historik. Segmen Dapur, ensiklopedi deskriptif kulinerik. Segmen Bahagia, ensiklopedi deskriptif konklutif kisah-kisah, logistik dalam teks tradisi, dan rasa bahagia karena ketersediaan sarana bahagia. Alam dan tanaman, alam dan satwa, alam dan manusia. Suatu sambungan kesadaran reportatif, historik, dan logistik yang menjadi satu paket rahasia-rahasia pusat kebahagiaan. Ada pada pucuk lidah. Bisa pengecap cicipan, citarasa kunyahan, ataupun silat perkataan. Betapa licinnya pucuk lidah.

  • Sudah aku bilang, ketika pertama kali membaca puisimu, aku sudah jatuh hati. Aku terkejut dan begitu cemburu kau bisa membuat puisi seperti itu, ketika kau masih begitu muda. Tapi di balik itu, aku merasa kamu menyimpan luka dan getir. Apa yang menyebabkan kamu seolah kecewa. Aku ingin membaca puisi-puisimu yang lain, tidak hanya yang di sini. Teruslah menulis puisi, terutama dunia kehidupan dari teologi dan kosmologi wayang yang dengan pahit dan indah kamu pahami. Aku cuma berharap kamu kuat dan konsisten dalam merawat, dan sekaligus, menyembuhkan luka. Luka kita, luka dunia. -Aprinus Salam, dosen FIB UGM Yogyakarta.

  • Ditulis oleh 19 penulis perempuan Indonesia: Ade Novi, Ani Rostiani, Cucu Unisah, Desi Oktoriana, Dian Hartati, Dian Rachma, Dian Rennuati, Esti Ismawati, Fini Marjan, Heni Hendrayani, Nella S. Wulan, Nina Raymala, Nuning Damayanti, Rieka Ningrum Prasetyo, Riska Mutiara, Rini Garini Darsodo, Sri Sunarti, Tati Y. Adiwinata, Windhihati Kurnia.

    Pernahkah suatu waktu kita memasuki ruang sunyi, berbicara dengan diri sendiri tentang banyak hal yang kita temui dalam hidup?
    Satu dua peristiwa mungkin mengendap di batin kita. Bukan semata pengalaman diri, bisa juga sebab empati kita pada sesuatu atau pada seseorang yang kita temui dalam keseharian kita, atau boleh jadi kita tersentuh untuk memasuki ruang renung, kembali ke balik diri untuk lebih mengetahui sejatinya diri.

    Sesuatu yang mengusik batin itu, kami tuliskan dan kami persembahkan untuk anda semua di dalam “RENUNG.”

  • “Rumah” bukanlah tempat fisik. Tetapi di mana kita menemukan cinta, perhatian, dan kedamaian yang hakiki; sebuah alasan untuk hidup. Ke sanalah kita selalu rindu untuk pulang.

    Sale!
  • Buku ini merangkum perjalanan kepenyairan Rekki sejak awal terjun di dunia sastra hingga sekarang. Judul buku ini, Sajak Cinta Untuk Hidup dan Mati, memberikan gambaran perhatian penyair yang tertuang dalam puisi-puisinya. Kata “cinta”, “hidup” dan “mati” tersebut satu tarikan nafas, seolah menebalkan garis besar pandangan hidup penyair. Sikap ini mirip, meski tak sama, dengan spirit penyair Subagio Sastrowardoyo, yang konsisten menulis puisi-puisi cinta (dalam makna luas) penuh perenungan (falsafah) akan makna hidup dan mati. Rekki Zakika menunjukkan gejala ini mulai dari karya-karya puisi awal kepenyairannya hingga sekarang.

     

    Agus Manaji

  • Sastra anak selalu dipahami dengan indahnya warna-warni dunia anak, penggambaran cerita rakyat, dan tempat beraneka macam hewan diilustrasikan dengan sangat indah. Pluralitas cerita tersebut merupakan tujuan utama dalam menggaet penikmat sastra anak. Dalam buku ini konteks yang dibahas tidak hanya menampilkan bagaimana indahnya sastra anak melalui pluralitas ceritanya saja. Lebih daripada itu, berangkat dari berbagai isu-isu yang tertulis maupun tersirat dari setiap karya sastra anak yang semakin berkembang seperti kelas sosial, inklusivitas, gender, rasisme, bahkan orientasi seksual. Isu-isu tersebut menjadi topik utama dalam kajian setiap artikel dalam buku ini.

  • Pandangan Wellek dan Warren yang dalam studi sastra cenderung ditempatkan sebagai pendekatan objektif (Abrams, 1999) yang menempatkan sastra sebagai entitas yang otonom memiliki pengaruh yang kuat dalam studi sastra di Indonesia. Kuatnya pengaruh pendekatan ini tampaknya berkait erat dengan kenyataan bahwa studi kesastraan, khususnya di tingkat sarjana, menyatu dengan studi bahasa. Penyatuan itu terjadi karena studi sastra bertolak dari bahan dasar yang sama dengan studi bahasa, yaitu bunyi.

    Studi-studi yang menyatukan bahasa dan sastra masih terus berlangsung hingga kini, misalnya tampak dalam berbagai artikel yang dimuat di jurnal bahasa dan sastra, baik jurnal nasional maupun jurnal internasional. Jurnal nasional yang bisa disebut antara lain adalah  Adabiyyāt (diterbitkan oleh Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Yogyakarta), Litera (diterbitkan oleh Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta), juga jurnal-jurnal yang diterbitkan oleh Balai Bahasa di berbagai provinsi di Indonesia. Meskipun nama jurnalnya bahasa dan sastra (kadang tergabung juga dengan pengajarannya), harus diakui juga bahwa tidak semua artikel di jurnal-jurnal itu menempatkan bahasa dan sastra secara integratif, ada juga yang kompilatif. Jurnal internasional yang membahas bahasa dan sastra misalnya adalah Language and Literature: International Journal of Stylistics diterbitkan oleh SAGE Publications Ltd, Papers on Language and Literature diterbitkan oleh Southern Illinois University Press.

    Studi sastra yang merupakan bentuk pengembangan dari apa yang oleh Wellek dan Warren disebut pendekatan ekstrinsik, juga berkembang pesat. Di Indonesia, pendekatan ekstrinsik mula-mula dikenalkan oleh Sapardi Djoko Damono lewat buku Sosiologi Sastra: Sebuah Pengantar Ringkas (1978), kemudian diikuti oleh Faruk dengan terbitnya buku Sosiologi Sastra: Dari Strukturalisme Genetik sampai Postmodernisme (1994). Bertolak dari pendekatan tersebut, berkembang pendekatan-pendekatan ekstrinsik lainnya, baik yang tercakup dalam pendekatan sosiologi sastra, pendekatan psikologi sastra, pendekatan sastra feminis, pendekatan poststrukturalisme, pendekatan postkolonialisme, maupun pendekatan kebijakan sastra.

    Tulisan-tulisan yang terkumpul dalam buku ini berusaha mendekati karya sastra dengan berbagai perspektif yang semuanya dalam kategori pendekatan ekstrinsik. Dengan menggunakan pendekatan poskolonial, diintegrasikan dengan teori gastronomi, Bunga Tyas Ningrum mengamati fenomena kopi dalam hubungannya dengan sejarah kolonialisme yang tercatat dalam Babad Kopi Parahyangan. Fenomena kopi yang dinikmati sekarang ini, khususnya di Parahyangan, daerah pertama yang disebari biji kopi oleh pemerintah kolonial, tidak dapat dilepaskan dari sistem tanam paksa dan preanger stelsel yang menopangnya yang mengakibatkan penindasan dan penderitaan kaum pribumi di masa lalu. Gambaran itu diperkuat dengan penghadiran latar kolonial sangat terlihat di dalam novel ini seperti Batavia, Butenzorg, Mister Cornelis, dsb.

  • Adapun fenomena yang terungkap dalam sastra populer memberikan banyak informasi tentang tren gaya hidup populer pada zamannya, gaya hidup remaja metropolitan yang dipenuhi dengan hedonisme, pandangan pengarang terhadap gender; semangat zaman yang penuh dengan budaya instan dan kekinian, ideologi agama yang lunak dan gaul, serta refleksi respons dan gudang pengalaman penulis terhadap budaya populer remaja di Indonesia, termasuk di dalamnya sastra populer Islam.

    Salah satu yang menjadi daya tarik sastra populer Islam adalah tema-tema kehidupan sehari-hari yang dianggap sebagai tuntunan praktis keislaman (ready to use Islam) dalam mengarungi kehidupan. Narasi tersebut disuguhkan dengan paragraf-paragraf pendek, bahasa sederhana yang tidak menggurui, seperti bisikan halus seorang teman yang bersahabat, dan dilengkapi dengan ilustrasi yang menggugah. Novel islami yang banyak diminati tersebut, di antaranya, adalah Ayat-Ayat Cinta, Ketika Cinta Bertasbih, dan Bumi Cinta karya Habiburrahman El Shirazy; Surga yang Tak Dirindukan dan Sehidup Sesurga denganmu karya Asma Nadia; 99 Cahaya di Langit Eropa dan Bulan Terbelah di Langit Amerika karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra; Negeri 5 Menara karya A. Fuadi; serta beberapa karya Tere Liye, seperti, salah satunya, Hafalan Shalat Delisa. Karya-karya tersebut terus diproduksi dan dikonsumsi secara masif, bahkan diangkat menjadi film sehingga menarik jutaan penonton dan sekaligus meraup untung yang tidak sedikit. Karya-karya itulah yang di antaranya disajikan dalam buku ini sebagai hasil telaah dan pembacaan penulis.


Showing 49–60 of 77 results

logo-gambang-footer

Jika Anda Merasa Kesusahan dalam Berbelanja Buku dari Website Kami Silakan Order Melalui Nomor WhatsApp Berikut : 0856-4303-9249

Top