-
Trinitas Suci Pascakolonial dalam Sastra
0Rp 120.000Di dalam buku ini akan ditemukan pembicaraan mengenai subalternitas dengan pengertian yang mungkin berbeda dengan yang disampaikan dalam tulisan lain. Kemungkinan perbedaan pemahaman tersebut menunjukkan bahwa apa yang disampaikan oleh tulisan ini hanya salah satu kemungkinan dari ke(salah)pahaman mengenai istilah, pengertian, dan penjelasan Spivak yang memang sulit mengenai persoalan tersebut. Begitupun, tentunya, kemungkinan perbedaan pengertian mengenai istilah lainnya yang sama seperti orientalisme dari Said, ruang liminal dari Bhabha, di antara tulisan yang satu dengan tulisan yang lain. Semuanya lebih baik dipahami sebagai pengayaan pengertian daripada sebagai penyesatan.
-
Sastra dalam Berbagai Perspektif
0Rp 120.000Pandangan Wellek dan Warren yang dalam studi sastra cenderung ditempatkan sebagai pendekatan objektif (Abrams, 1999) yang menempatkan sastra sebagai entitas yang otonom memiliki pengaruh yang kuat dalam studi sastra di Indonesia. Kuatnya pengaruh pendekatan ini tampaknya berkait erat dengan kenyataan bahwa studi kesastraan, khususnya di tingkat sarjana, menyatu dengan studi bahasa. Penyatuan itu terjadi karena studi sastra bertolak dari bahan dasar yang sama dengan studi bahasa, yaitu bunyi.
Studi-studi yang menyatukan bahasa dan sastra masih terus berlangsung hingga kini, misalnya tampak dalam berbagai artikel yang dimuat di jurnal bahasa dan sastra, baik jurnal nasional maupun jurnal internasional. Jurnal nasional yang bisa disebut antara lain adalah Adabiyyāt (diterbitkan oleh Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Yogyakarta), Litera (diterbitkan oleh Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta), juga jurnal-jurnal yang diterbitkan oleh Balai Bahasa di berbagai provinsi di Indonesia. Meskipun nama jurnalnya bahasa dan sastra (kadang tergabung juga dengan pengajarannya), harus diakui juga bahwa tidak semua artikel di jurnal-jurnal itu menempatkan bahasa dan sastra secara integratif, ada juga yang kompilatif. Jurnal internasional yang membahas bahasa dan sastra misalnya adalah Language and Literature: International Journal of Stylistics diterbitkan oleh SAGE Publications Ltd, Papers on Language and Literature diterbitkan oleh Southern Illinois University Press.
Studi sastra yang merupakan bentuk pengembangan dari apa yang oleh Wellek dan Warren disebut pendekatan ekstrinsik, juga berkembang pesat. Di Indonesia, pendekatan ekstrinsik mula-mula dikenalkan oleh Sapardi Djoko Damono lewat buku Sosiologi Sastra: Sebuah Pengantar Ringkas (1978), kemudian diikuti oleh Faruk dengan terbitnya buku Sosiologi Sastra: Dari Strukturalisme Genetik sampai Postmodernisme (1994). Bertolak dari pendekatan tersebut, berkembang pendekatan-pendekatan ekstrinsik lainnya, baik yang tercakup dalam pendekatan sosiologi sastra, pendekatan psikologi sastra, pendekatan sastra feminis, pendekatan poststrukturalisme, pendekatan postkolonialisme, maupun pendekatan kebijakan sastra.
Tulisan-tulisan yang terkumpul dalam buku ini berusaha mendekati karya sastra dengan berbagai perspektif yang semuanya dalam kategori pendekatan ekstrinsik. Dengan menggunakan pendekatan poskolonial, diintegrasikan dengan teori gastronomi, Bunga Tyas Ningrum mengamati fenomena kopi dalam hubungannya dengan sejarah kolonialisme yang tercatat dalam Babad Kopi Parahyangan. Fenomena kopi yang dinikmati sekarang ini, khususnya di Parahyangan, daerah pertama yang disebari biji kopi oleh pemerintah kolonial, tidak dapat dilepaskan dari sistem tanam paksa dan preanger stelsel yang menopangnya yang mengakibatkan penindasan dan penderitaan kaum pribumi di masa lalu. Gambaran itu diperkuat dengan penghadiran latar kolonial sangat terlihat di dalam novel ini seperti Batavia, Butenzorg, Mister Cornelis, dsb.
-
Kesastraan Tionghoa: Kajian Multiperspektif
0Rp 120.000Berbagai tipe karakteristik peranakan Tionghoa yang akhirnya menetap dan beranak-pinak di Indonesia itu mempengaruhi pula ideologi yang secara implisit tergambar dalam karya sastra yang mereka tulis. Selain pergulatan hidup yang keras sebagai perantau di masa pendudukan Belanda, mereka juga mendapatkan diskriminasi, persaingan dan gesekan antaretnis, antarbangsa, dan persaingan sesama diaspora Tionghoa sendiri. Problem dalam masyarakat yang heterogen dan isu identitas yang hibrida ini sangat kental terefleksikan dalam karya-karya mereka.
Buku ini menampilkan berbagai perspektif yang menceritakan dinamika masyarakat Tionghoa dan pribumi pada masa puncak kejayaan kesusastraan peranakan Tionghoa di Hindia Belanda. Sedikitnya ada 13 tulisan dalam buku ini yang menganalisis dinamika masyarakat Tionghoa, bumiputera, dan pemerintah kolonial Belanda sebelum kemerdekaan Indonesia dalam karya sastra.
-
Berbagai Aspek dalam Khazanah Sastra Lisan Indonesia
0Rp 120.000Bagian pertama buku ini mengulas tentang komposisi, transmisi, dan fungsi sastra lisan. Teori kelisanan yang dikemukakan Finnegan (1992) menyebut perihal komposisi, transmisi, pertunjukan, dan penonton. Komposisi, meminjam istilah dari Parry dan Lord (1974), terbentuk saat pertunjukan berlangsung dengan memanfaatkan formula yang dipelajari dari serangkaian latihan dan berbagai pertunjukan yang dilakukan pelantun lainnya. Melengkapi pernyataan Parry dan Lord, Finnegan (1977) mengatakan bahwa proses komposisi juga bisa terbentuk sebelum dan sedikit terpisah dari pertunjukan. Dengan kata lain, komposisi dilihat tidak hanya yang terjadi saat pertunjukan berlangsung, tetapi juga dapat dilihat terpisah dari pertunjukan, seperti yang berupa persiapan sebelum pertunjukan dimulai.
Bagian kedua buku ini mengungkap tentang religiositas dalam sastra lisan. Glock dan Stark (1965, 1969) mengemukakan bahwa terdapat lima dimensi religiositas, yakni (1) dimensi kepercayaan, (2) dimensi praktis, (3) dimensi pengalaman, (4) dimensi pengetahuan, dan (5) dimensi konsekuensi. Dalam sastra lisan, biasanya terkandung satu atau lebih dimensi religiositas. Dengan demikian, sastra lisan memiliki fungsi religi.
Bagian ketiga, membahas tentang posisi perempuan dalam sastra lisan. Gender yang dipahami sebagai konstruksi sosial tentang relasi antara perempuan dan laki-laki tidak dengan sendirinya terhapus dari kehidupan masyarakat yang patriarkis. Konstruksi sosial tersebut sering memunculkan ketidakadilan gender dan relasi yang tidak setara antara perempuan dan laki-laki. Kaum perempuan banyak yang mengalami marjinalisasi, subordinasi, stereotip, tindakan kekerasan, dan beban kerja lebih. Masalah-masalah tersebut kemudian menjadi inspirasi untuk diangkat dalam sastra lisan, bahkan permasalahan yang berkaitan dengan relasi gender tersebut ditemukan dalam beberapa sastra lisan. Terkait dengan hal tersebut, Norton (dalam Bunanta, 1998: 53) mengatakan bahwa ada anggapan dari kaum feminis bahwa cerita rakyat bersifat seksis, yakni memiliki gambaran stereotip pada tokoh-tokoh perempuan
Bagian keempat, “Jejak Kolonial dalam Sastra Lisan” merefleksikan rekam jejak peristiwa pada masa penjajahan Belanda dan Jepang dalam sastra lisan di Indonesia. Sastra lisan merupakan bagian dari tradisi lisan. Menurut Kuntowijoyo (2003), tradisi lisan merupakan salah satu sumber sejarah yang merekam masa lampau kehidupan manusia. Vansina (1985) menyatakan bahwa tradisi lisan, seperti tuturan rakyat, hikayat, dan cerita rakyat berpotensi menjadi sejarah. Sastra lisan berkaitan erat dengan sejarah karena sastra lisan dapat dijadikan sebagai sarana utama dalam penyampaian fakta-fakta sejarah (Muslimin dan Utami, 2020). Oleh karena itu, pelacakan tehadap fakta-fakta sejarah yang terkandung dalam sastra lisan perlu dilakukan untuk mengungkapkan jejak-jejak sejarah dalam masyarakat pada masa lampau, termasuk jejak-jejak kolonial di Indonesia pada zaman dahulu.
-
MENELUSURI PERSUBJEKAN
0Rp 120.000Perjalanan hidup seseorang secara relatif tidak ada yang sama. Dikatakan relatif dikarenakan terdapat berbagai lapis dan sifat, jenis,
ataupun bentuk pengalaman yang dipersepsi (diinterenalisasi) secara partikular. Persoalan tersebut dapat dilihat dalam pemetaan struktur dan strukturisasi yang dialami seseorang. Untuk itu, tulisan ini akan memilih salah satu pensubjekan, yakni bagaimana seseorang mengalami persubjekan menjadi warga negara. Itu pun terbatas dalam melihat kondisi dan situasi di negara Indonesia.Tentu, sebagaimana diketahui, cukup banyak lapis-lapis ruang struktural (dalam ruangnya masing-masing), yang dialami seseorang. Bahkan berbagai lapis ruang tersebut dapat diidentifiasi dalam berbagai cara dan sudut pandang. Jika lapis tersebut bersifat “administrasi” maka kita mengenalnya sebagai lapis keluarga (rumah), kampung, desa (atau kelurahan, kecamatan, kebupaten/kota, propinsi, dan nasional/negara. Karakter setiap ruang juga berbeda, walaupun mungkin di tataran nasional terdapat sejumlah kesamaan.
-
PERLUNYA PANGGUNG ALTERNATIF
0Rp 120.000Paling tidak, selalu terdapat ruang bebas sebagai panggung alternatif dalam diri kita untuk terus menerus, memberi dan membuka peluang mencari dan memperbanyak panggung-panggung alternatif yang dimungkinkan oleh rasa dan gairah yang mampu terus bergembira, gairah dan rasa yang tidak terganggu untuk terus besenang-senang, baik sebagai cara mengelola kekuatan strukural, maupun sebagai cara hidup itu sendiri.
-
MENILIK RUANG ANTARA
0Rp 120.000Pada awalnya, penjelaskan “teori ruang antara” lebih dimaksudkan sebagai kekuatan bahwa seseorang berdiri dalam dua posisi. Seorang penyair akan lebih mendapatkan “penghargaan” jika dia juga seorang buruh. Paling tidak ada dua modal (dalam pengertian Bourdieu) berbeda yang dibawanya ketika ia baik menjadi penyair maupun menjadi buruh. Seorang pejabat akan jauh lebih berharga jika dia juga seorang seniman.
Itu artinya, ruang antara tetap harus dipertahankan posisinya sebagai ruang pembatas itu sendiri. Ruang antara bukan bukan untuk dikuasai atau diduduki sehingga akan menciptakan banyak ruang antara dan semakin mengaburkan identitas, posisi-posisi, atau pun berbagai kategori entitas lainnya. Jika yang terjadi semakin beragamnya ruang antara, maka hal itu sekaligus akan mengaburkan penghargaan terhadap kateori-ketegori entitas.
-
KEARIFAN LOKAL JAWA DALAM WEDHATAMA
0Rp 120.000Di saat seperti sekarang ini dimana isu tentang rasisme dan intoleransi merebak di tingkat nasional maupun global, maka diperlukan suatu usaha nyata untuk menanggulanginya. Beberapa cara dapat dilakukan melalui berbagai pendekatan, salah satunya adalah melalui pendekatan kebudayaan. Seiring dengan itu, terbitnya hasil penelitian “Kearifan Lokal Jawa dalam Wedhatama” karya Dr. Esti Ismawati, MPd. dan Dr. Warsito, MPd, jelas mempunyai relevansi yang kuat untuk mengatasi berbagai permasalahan bangsa Indonesia termasuk isu-isu tersebut di atas.
KRT Darajadi Gondodiprojo , kerabat Mangkunegara IV, Pengageng Sasono Gondo Puri Surakarta.
-
Sastra Populer Islami: Arena Produksi dan Kontestasi
0Rp 85.000Adapun fenomena yang terungkap dalam sastra populer memberikan banyak informasi tentang tren gaya hidup populer pada zamannya, gaya hidup remaja metropolitan yang dipenuhi dengan hedonisme, pandangan pengarang terhadap gender; semangat zaman yang penuh dengan budaya instan dan kekinian, ideologi agama yang lunak dan gaul, serta refleksi respons dan gudang pengalaman penulis terhadap budaya populer remaja di Indonesia, termasuk di dalamnya sastra populer Islam.
Salah satu yang menjadi daya tarik sastra populer Islam adalah tema-tema kehidupan sehari-hari yang dianggap sebagai tuntunan praktis keislaman (ready to use Islam) dalam mengarungi kehidupan. Narasi tersebut disuguhkan dengan paragraf-paragraf pendek, bahasa sederhana yang tidak menggurui, seperti bisikan halus seorang teman yang bersahabat, dan dilengkapi dengan ilustrasi yang menggugah. Novel islami yang banyak diminati tersebut, di antaranya, adalah Ayat-Ayat Cinta, Ketika Cinta Bertasbih, dan Bumi Cinta karya Habiburrahman El Shirazy; Surga yang Tak Dirindukan dan Sehidup Sesurga denganmu karya Asma Nadia; 99 Cahaya di Langit Eropa dan Bulan Terbelah di Langit Amerika karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra; Negeri 5 Menara karya A. Fuadi; serta beberapa karya Tere Liye, seperti, salah satunya, Hafalan Shalat Delisa. Karya-karya tersebut terus diproduksi dan dikonsumsi secara masif, bahkan diangkat menjadi film sehingga menarik jutaan penonton dan sekaligus meraup untung yang tidak sedikit. Karya-karya itulah yang di antaranya disajikan dalam buku ini sebagai hasil telaah dan pembacaan penulis.
-
POTRET DESTINASI WISATA GUNUNGKIDUL
0Rp 85.000Kegiatan penerbitan buku ini bertujuan untuk dapat mempromosikan potensi wisata di sekitar Kabupaten Gunungkidul. Kisah yang tertulis di dalam buku ini diharapkan dapat menambah referensi wisata di Gunungkidul sebagai salah satu wilayah wisata yang sedang berkembang pesat di Daerah Istimewa Yogyakarta. Akhirnya, selamat membaca dan selamat menyelami keindahan aneka destinasi wisata di Gunungkidul.
-
Ayo Berlatih Grammar
0Rp 80.000Buku “Ayo Berlatih Grammar” sebagai instrumen untuk mengembangkan kemampuan Bahasa Inggris bagi para pembaca di Indonesia, merupakan sebuah buku yang layak untuk Anda konsumsi. Buku ini bukan hanya memberikan anda pengetahuan terhadap deretan kata-kata di dalam Bahasa Inggris, melainkan juga memprovokasi Anda untuk mampu mengevaluasi deretan peraturan yang membentuk pengalaman kebahasaan di dalam pikiran Anda sebagai individu. Evaluasi yang Anda lakukan secara eksistensial dalam petualangan mengarungi buku ini, selain berdampak besar bagi perkembangan pemahaman Bahasa Inggris Anda, juga setidak-tidaknya melatih daya kritis Anda terhadap konteks kebudayaan yang sedang dihidupi pada dewasa ini. Daya kritis tersebut sangat diperlukan ketika Anda telah mencapai halaman terakhir dari buku ini, menutupnya, dan kembali berjumpa dengan realitas keseharian Anda. Pada akhirnya Anda akan menyadari bahwa petualangan dengan buku “Ayo Berlatih Grammar” oleh Adityo Anggoro Ramadhan ini bukan hanya sekedar belajar memahami English grammar melainkan juga membuka cakrawala Anda tentang konteks kebudayaan di sekitar Anda secara kritis. Intelektualitas Anda pun turut meluas memandang samudera yang tanpa batas.
James Farlow Mendofa, Dosen Filsafat Universitas Indonesia.
-
YIN
0Rp 75.000Ada kalanya, saya menulis satu kata ibarat memancing, tak tahu ikan apa yang akan menyambar umpan. Bisa juga ibarat menimba ke dalam “sumur diri” tanpa tahu apa dan berapa banyak yang dapat saya timba dengan “timba kata” itu.
Para pembaca budiman. Saya percaya sebagai pembaca dan penikmat puisi, tidak butuh pengantar panjang lebar untuk mengetuk pintu dan masuk ke rumah puisi. Terima kasih telah bersedia membaca puisi-puisi dalam buku ini. Semoga bermanfaat.